Persaingan Panas Karena Pilpres Jangan Sampai Melewati 17 April

Inisiatifnews – Masih di hari pertama, Jelajah Kebangsaan Gerakan Suluh Kebangsaan 2019 masuk ke Seri II. Jelajah Kebangsaan yang diawali dari Stasiun Merak Banten bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini sudah sampai di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Senin (18/02/2019).

Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Prof. Mahfud MD menyatakan, dalam perjalanan dari Merak sampai ke Banyuwangi, di setiap stasiun akan ada dialog yang akan diisi baik oleh tokoh nasional maupun daerah. “Ini digagas oleh banyak tokoh, seperti Sultan HB X, Habib Lutfhi, Buya Syafi’i Ma’arif, Ibu Sinta Nuriyah, dan tokoh lainnya merespon kondisi bangsa di tengah tahun politik ini,” kata Mahfud dalam dialog bertema ‘Mengokohkan Kebangsaan, Menyongsong Indonesia Emas 2045’ di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat.

Bacaan Lainnya

Selain Mahfud, hadir dalam dialog yang dimoderatori wartawan senior Wahyu Muryadi, Istri Presiden Gus Dur Ibu Sinta Nuriyah Wahid, mantan Wapres Try Sutrisno, Rohaniawan Romo Benny Susetyo, Suhadi Sanjaya dari Budhi Dharma, Sekjen Muhammadiyah Abdul Mut’i, dan Putri Presiden Gus Dur Alissa Wahid.

Mahfud menegaskan, gerakan ini tidak terkait dengan Pilpres 2019. Ini jauh melampaui agenda lima tahunan. Gerakan ini justru merespon kondisi masyarakat yang semakin terbelah akibat persaingan politik. Menurutnya, gerakan ini ingin menjaga NKRI dari perpecahan di tengah pemilu seperti sekarang ini. “Ini harus diantisipasi dan didinginkan. Yang panas-panas itu, jangan sampai lewat 17 April. Semua anak bangsa harus bersatu setelah 17 April. Jangan sampai lewat,” imbau anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.

Dikatakannya, selama ini, bangsa Indonesia selalu lolos dari disintegrasi. Negara ini selalu bisa menjaga integrasi di tengah banyaknya ikatan primordial. Indonesia masih bersatu dengan kokoh. Di banyak negara, lanjut Mahfud, jika memilih membangun demokrasi, integrasi biasanya dikorbankan. “Di Indonesia sampai saat ini berhasil mempertemukan demokrasi dan integrasi. Pemilu harus dihayati untuk memilih pemimpin bersama. Pertentangan tidak boleh dilanjutkan lagi. Tantangan kita tahun 2045 harus menjadi Indonesia Emas. Kita optimistis mencapai itu,” papar Mahfud.

Sementara itu, Try Sutrisno mengakui, setelah 73 tahun merdeka, kenyataannya masyarakat Pancasila belum terwujud. Padahal landasan dan Idelogi negara untuk pemersatu bangsa yakni Pancasila dan NKRI sudah diputuskan menjadi pedoman bersama.

“Kurang 26 tahun lagi, Indonesia akan 100 tahun merdeka. Karakter dan jati diri Indonesia mestinya tidak terkikis. Kita harus stabil, jaya sejahtera, dan damai. Landasannya kebersamaan, bukan individualis dan liberalis. Sisa waktu 26 tahun ini, mari kita merenung kesepakatan bersama, kita sudah menyetujui harta dan khasanah ini yang harus diaplikasikan. Tahun 2045 Indonesia Emas pasti akan terwujud,” ujar Tri Sutrisno.

Serupa, Abdul Mut’i mengingatkan pentingnya Pancasila. “Saya pernah ke Vatikan, ketemu banyak orang lintas agama, mereka meminta Indonesia mempertahankan Pancasila. Mereka bilang ini model yang bisa digunakan bangsa lainnya. Kita sudah on the track, harus dipertahankan,” tandas Abdul Mut’i.

Sedangkan Alissa Wahid mengidamkan tahun 2045, Indonesia besar dan maju. Indonesia sedang akan menuai untung dari bonus demografi jika perisiapannya dilakukan dengan baik. Tahun 2025 hingga 2032 akan lebih banyak usia porduktif. NamNa, jika tidak dipersiapkan dengan baik, tidak akan menghasilkan generasi yang produktif, yang tidak bisa bersaing. Indonesia hanya akan dipenuhi orang seadanya dan hanya akan menjadi objek pertumbuhan ekonomi dunia. “Ini mimpi buruk demografi. Para tokoh agama, tokoh bangsa, tokoh sepuh ini jangan pensiun dulu. Harus senantiasa turun tangan mengawal dan mendampingi pemuda, generasi milenial. Kalau orang baik memilih hidup sendiri, maka anak mudanya akan dikendalikan yang berseberangan,” imbau Alissa.

Seperti diketahui, Jelajah Kebangsaan bersama PT KAI ini akan berlangsung di beberapa stasiun kereta yang rencananya akan disinggahi, dari 18 hingga 22 Februari. Berawal dari Merak, Banten hingga berakhir di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi, Jawa Timur.

Nantinya, di setiap stasiun yang direncanakan disinggahi, akan ada dialog kebangsaan. Stasiun yang akan disinggahi antara lain Merak, Gambir, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Jombang, Surabaya, dan Banyuwangi.

Dirut PT KAI, Edi Sukmoro berterimakasih kepada Jelajah Kebangsaan Gerakan Suluh Kebangsaan dengan menggunakan Kereta Api. “Ini stasiun tempat semua orang berkumpul. Ini tempat paling baik untuk memberikan pemahaman. Kami mendukung sepenuhnya. Jelajah Kebangsaan menempuh jarak 1300 kilometer. Saya berharap, Suluh Kebangsaan dapat menyatukan masyarakat Indonesia yang dalam situasi sekarang sedang terpecah. Dan semoga PT KAI dapat melayani masyarakat lebih baik lagi,” terang Edi. (FQ)

Temukan kami di Google News.

Pos terkait