Adi Prayitno Nilai Aksi Apel Siaga Ummat Untuk Mendelegitimasi KPU

aksi apel siaga umat
Aksi Apel Siaga Umat yang digelar oleh FUI pimpinan Muhammad Gatot Saptono alias Al Khahththath, Jumat (1/3). [foto : Inisiatifnews]

Inisiatifnews – Aksi Apel Siaga Ummat yang digelar oleh Forum Umat Islam (FUI) di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki aroma lain di samping seruan dukungan agar KPU netral. Hal ini lantaran banyak narasi yang tersampaikan jika KPU seolah-olah tidak netral serta tidak jujur dan adil dalam menyelenggarakan pemilihan umum.

Merespon hal itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menduga ada indikasi pihak-pihak yang mencoba mempermainkan logika, seolah-olah KPU tidak legitimate dalam menjalankan proses demokrasi elektoral tersebut.

Bacaan Lainnya

“Menurut saya, ada upaya sistematis untuk mendelegitimasi KPU,” kata Adi kepada wartawan, Sabtu (2/3/2019).

Bagi Adi, isu kecurangan pemilu yang terus digelorakan pihaknya justru akan memicu kekacauan jalannya proses demokrasi tersebut. Bisa jadi karena persoalan suara yang tidak terpuaskan menjadi tudingan mentah seakan-akan proses pemilunya ada yang tidak beres dan curang. Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat asumsi publik menjadi liar.

“Rasanya tidak baik kalau terlalu berprasangkan akan terjadi kecurangan dalam pemilu 2019. Alhasil, nanti siapa pun yang menang akan dicurigai hasil pemilihan yang curang. Ini tidak bagus untuk demokrasi. Saya kira tidak ada juga indikasi KPU curang,” ujarnya.

Salah satu yang disoroti Adi adalah seruan untuk melakukan audit forensik terhadap seluruh komputer dan sistem IT di KPU, karena dikhawatirkan pemilu akan bisa dimanipulasi karena proses penghitungan surat suara dilakukan melalui program computing. Meskipun ini sudah dibantah berkali-kali oleh pihak KPU bahwa proses tabulasi surat suara dilakukan secara manual yakni melakukan penghitungan surat suara yang masuk dari TPS sampai KPU Pusat.

“Saya kira cukup berlebihan kalau ada upaya mengaudit IT KPU, sedang penghitungan suara di Indonesia masih secara manual,” pungkasnya.

Lebih lanjut, pria yang juga berprofesi sebagai dosen itu mengharapkan agar saat ini seluruh calon bagi Caleg maupun Capres-Cawapres lebih meningkatkan bagiaman penyampaian gagasan dan program yang ditawarkan kepada publik agar bisa menjadi pertimbangan matang mengapa rakyat harus memilihnya di Pemilu 2019 nanti.

“Sebaiknya semua kubu lebih fokus pada penyampaian gagasan, visi dan program,” tegasnya.

[NOE]

Temukan kami di Google News.

Pos terkait