Jakarta, Inisiatifnews.com – Sekretaris Jenderal Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila, Arif Rahman menilai bahwa saat ini bangsa Indonesia tengah dihadapkan situasi sulit, di mana negara masih dilanda adanya pandemi COVI-19.
Ditambah lagi dengan kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Shihab (HRS) yang berpotensi memunculkan gejolak sosial politik baru di beberapa kalangan.
“Situasi dan kondisi sosial politik saat ini: wabah pandemi COVID-19 yang belum ditemukan solusinya, adanya rencana kepulangan HRS ke tanah air tentunya menambah polemik baru. Bahkan silang pendapat mulai bermunculan di media massa antara pihak pemerintah dan pendukung HRS,” kata Arif Rahman, Rabu (11/11/2020).
Padahal seharusnya, bangsa Indonesia bisa merajut persatuan dan kesatuan ketimbang memperlebar gap polarisasi antar sesama karena kepentingan dan perbedaan politik semata.
“Sudah saatnya kita akhiri polemik yang tidak ada ujung penyelesaian. Bagaimana pun, HRS adalah aset dan anak bangsa yang harus dijaga dan dirangkul dalam menjaga NKRI dan menjaga Ideologi Pancasila,” ujarnya.
Ia secara pribadi dan keorganisasian tidak ingin bangsa Indonesia semakin berpolemik dan tanpa titik temu.
“Jangan sampai kita terjebak pada polemik kebangsaan yang tidak berujung. Istilahnya meminjam peribahasa Kalah Jadi Abu, Menang Jadi Arang,” tandasnya.
Menurut Arif, saat ini masyarakat semakin jenuh dan resah melihat situasi dan kondisi saat ini. Sementara itu, ormas Pemuda Pancasila dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, maka perlu ada perspektif yang konstruktif bagi semua kalangan. Salah satunya adalah dengan menjadikan kepulangan tokoh Islam itu sebagai upaya untuk mempersatukan bangsa Indonesia, bukan malah sebaliknya.
“Menyerukan kepada pihak-pihak yang berpolemik bisa menjadikan kepulangan HRS untuk merajut persatuan dan merangkul sebagai anak bangsa,” tuturnya.
“Jadikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai solusi konflik yang terjadi saat ini sampai polarisasi yang tumbuh dan berkembang dapat diakhiri dengan semangat Persatuan Indonesia,” tutupnya. [NOE]