Hari-hari di musim Haji 2022 ini, tak satu pun ada pemilik travel haji di Indonesia yang berani membusungkan dada. Menyombongkan diri. Menyatakan travelnya paling besar dan banyak memberangkatkan jamaah haji furoda (haji undangan kerajaan Saudi Arabia).
Padahal, tahun-tahun lalu pada hari-hari ini, biasanya pemilik travel besar dan ternama sudah ramai-ramai pamer. Mengunggah kesuksesannya memberangkatkan haji furoda di dunia maya (Instagram, WA Story, Twitter, FB, dan Tiktok).
Tapi, hari-hari pada musim Haji 2022 ini semua pemilik travel –khususnya yang memberangkatkan haji visa furoda– tertunduk lesu. Sedih dan menangis. Tak ada yang membusungkan dada dan menyombongkan diri.
Malah di antara mereka kini mungkin “sakit perut” atau “sakit kepala”. Apalagi, travel yang memiliki banyak jamaah furoda. Tentu kian mules dan sangat pening. Sebab, merekalah yang menanggung banyak kerugian besar. Mengapa?
Sudah menjadi konsumsi publik. Berita ribuan jamaah haji furoda tahun ini gagal berangkat sudah bertebar di mana-mana; di medsos, televisi, koran, dan dari mulut ke mulut di masyarakat.
Mereka gagal berangkat karena hingga batas akhir pemberangkatan haji, visa furoda tak diterbitkan oleh pemerintah Saudi Arabia. Memang, tahun 2022 atau “Musim Haji Percobaan” ini, pemerintah Saudi Arabia hanya memberikan 20 persen dari jatah tahun lalu atau tahun sebelum Pandemi Covid-19. Realitanya malah mungkin hanya 10 persen.
Akibat pemangkasan besar tersebut, tak lebih dari 1.000 jamaah haji furoda Indonesia yang bisa berangkat haji. Berarti masing-masing travel hanya bisa memberangkatkan jamaah tak lebih dari 50 persen dari total jamaahnya. Dan, sekitar 7.800 lainnya gagal berangkat.
Keruan, hampir semua travel menanggung kerugian besar. Betapa tidak, mereka sudah membayar penuh tiket pesawat, hotel, maktab Arofah dan Mina, transport, dan catering dan lainnnya.
Sementara ketika travel sudah bayar penuh semuanya itu visa haji furoda tak diterbitkan oleh pemerintah Saudi Arabia. Gagal berangkat. Sedangkan uang yang sudah masuk ke maskapai penerbangan, hotel, maktab, transportasi, dan catering di Saudi itu tidak gampang ditarik kembali. Malah, tak sedikit maskapai penerbangan internasional menghanguskan pembelian tiket yang tak dipergunakan.
Hanya Saudi Arabia Airlines (SV) yang tak menghanguskan. Bisa ditarik kembali. Tapi, cuma dikembalikan sebesar 40 persen dari harga tiket, dan waktu pengambilannya butuh proses lama.
Untuk itulah kini sejumlah asosiasi penyelenggara haji berupaya meminta bantuan kepada pemerintah melalui kementerian perhubungan, agar maskapai penerbangan tidak menghanguskan setoran tiket jamaah yang gagal berangkat tersebut.
Begitu pula uang hotel juga hangus. Perhotelan di Makkah dan Madinah memang membuat aturan seperti itu ketika musim haji. Sewa kamarnya sangat mahal dan hangus jika tidak dipergunakan. Hal serupa juga uang sewa bus, catering dan lainnya.
Jika ada sekitar 7.800 jamaah haji furoda gagal berangkat, maka diprediksi ada ratusan miliar atau bahkan triliunan rupiah uang jamaah yang telah dibayarkan itu terancam hangus atau sulit ditarik kembali.
Untuk itulah kini dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk mengamankan uang jamaah tersebut. Jika tidak, tahun ini bakal terjadi “bencana nasional” haji furoda. Travel haji banyak yang terkapar. Semoga Allah melindungi mereka semua dari ancaman itu.
H Soenarwoto Prono Leksono (Pemerhati Haji dan Perjalanan Umroh)