JAKARTA, Inisiatifnews.com – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan kepada seluruh kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) agar memastikan diri untuk terus menjaga moderasi beragama sebagaimana yang telah diajarkan oleh para masyayikh di Nahdlatul Ulama (NU).
Apalagi kata Mahfud, baik IPNU maupun IPPNU adalah anak kandung dari salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia itu. Sehigga peran besar mereka penting untuk membangun persatuan dan menjaga wasathiyah Islam, atau Islam yang terbuka. Sebab, NU adalah penyangga terkuat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ini sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, saudaralah yang wajib menjaga paham moderasi beragama, wasathiyah Islam, yaitu paham Islam yang terbuka, Islam yang dalam istilah ilmu politik yaitu Islam yang menganut paham kesewargaan dimana semua orang mempunyai hak dan derajat yang sama,” papar Mahfud MD pada acara Pembukaan Kongres ke-20 IPNU dan ke-19 IPPNU, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (12/8).
Mahfud menekankan pentingnya menjaga kebersatuan. Di dalam amanat Presiden, lanjut Mahfud, disebutkan bangsa Indonesia merdeka karena bersatu.
“Oleh sebab itu, jika ingin menjaga kemerdekaan kita harus bersatu, kalau kita tidak menjaga kebersatuan itu, maka Indonesia Emas tidak akan tercapai,” tambah Mahfud.
Dalam kesempatan ini, Mahfud MD menjelaskan mengenai wajah Indonesia Maju pada 2045, yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Secara ekonomi, misalnya sudah maju, sudah hidup layak di atas rata-rata pendapatan per kapitanya USD 24 ribu, sehingga nantinya dipolarisasi atau trayektori dunia di tahun 2045 Indonesia akan ada diurutan ke 5 kekuatan besar dunia.
Untuk menuju itu, lanjut Mahfud, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Misalnya melalui program pemerintah.
Menurut Mahfud, untuk membangun birokrasi pemerintah ada 3 hal. Pertama, menghilangkan birokratisasi yang bertele-tele. Kedua, digitalisasi pemerintah melalui e-government yang kini dijadikan program unggulan di dalam pemerintahan. Ketiga, sumber daya manusia yang berkualitas.
“Menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045 itu, mari kita PBNU kuatkan komitmen Indonesia berdasarkan ideologi Pancasila, itu sudah final. Orang Islam tidak usah berteriak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, wajah kita di dunia itu sudah disebut negara Islam, ngapain teriak-teriak simbolik seperti itu. Karena sekarang sudah terjadi mobilitas sosial vertical naik di kalangan umat islam,” kata Mahfud MD.
Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini, demokrasi membuat pintu untuk mobilitas sosial vertical. Oleh sebab itu, PBNU tidak perlu ikut berpikiran radikal karena yang terpenting bagi umat Islam untuk hidup bersama dan maju bersama di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
“Pemerintah menyambut baik dan mengucapkan selamat melakukan kongres yang ke-20 dan kongres yang ke-19 kepada IPNU-IPPNU, mudah-mudahan di tahun 2045 Indonesia Emas saudara-saudara sudah ada di puncak bintang Indonesia, dan kita yang sudah lebih tua melihat bahwa inilah yang dulu ikut kongres di Pondok Gede pada tahun 2022, ada yang sudah jadi presiden, dan lain-lain,” ujar Mahfud yang juga alumni Pondok Pesantren Al Mardiyah Pamekasan ini.
“Mari kita majukan Indonesia, karena dengan demokrasi akan terjadi pertumbuhan eksponensial tentang tokoh-tokoh NU dan ini akan maju ke berbagai kehidupan, karena hebatnya orang NU itu tawadhu tapi pintar,” sambungnya.