JAKARTA, Inisiatifnews.com – Founder Galidata.id, Bey Arief Budiman merilis hasil survei yang dilakukan pihaknya untuk mengukur potensi terpilihan capres-cawapres yang saat ini tengah berkompetisi di Pilpres 2024.
“Melalui Survei yang telah dilakukan dengan 3.600 responden, Galidata mendapati bahwa Ganjar-Mahfud memuncaki klasemen elektabilitas sebesar 36,2%. Sementara Prabowo-Gibran 33,3% dan disusul pasangan Anies-Muhaimin 26,1%,” kata Bey Arief Budiman, dalam diskusi rilis hasil Survei Kepuasan Kinerja Pemerintah serta elektabilitas Partai dan Capres-Cawapres Pemilu 2024 di Hotel Tamarin, Jakarta Pusat, Kamis (11/1).
Galidata sendiri meyakini bahwa apa yang diterangkan oleh Ray tersebut inline dengan hasil surveinya. “Hasil survei menunjukkan bahwa kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi kurang baik, total kepuasan terhadap Presiden Jokowi hanya mencapai 57,6%,” sambung Ibey.
Dijelaskan oleh Ibey bahwa ketidakpuasan masyarakat kepada Presiden mengelompok pada empat faktor; ketidakmampuan Presiden mengatasi masalah lonjakan harga pangan, fakta bahwa masyarakat semakin sulit mencari lapangan pekerjaan, ketidakmampuan Presiden dalam membuat kebijakan yang mampu membuat biaya pendidikan dan kesehatan tidak mahal serta cawe-cawe Presiden dalam memuluskan anaknya menjadi Cawapres.
Khusus di tiga provinsi di Jawa, Ganjar menang di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sementara Prabowo unggul di Jawa Barat. Di Jawa Barat, Prabowo unggul sebesar 40%, di bawahnya Anies dengan perolehan 28,1% dan Ganjar dengan capaian 22%. Ditambah dengan 9,9% jumlah responden yang tidak menjawab/tidak tahu, maka di wilayah Jawa Barat Prabowo dapat dikatakan menang mutlak.
Untuk Jawa Tengah, Ganjar memimpin dengan perolehan 43,7%. Berturut-turut kemudian Prabowo-Gibran dengan 27% dan Pasangan Anies-Muhaimin 24%. Undecided voters yang hanya 5,3% secara statistik dapat dikatakan bahwa Ganjar-Mahfud tak terkalahkan di Jateng.
“untuk Jatim, Ganjar-Mahfud memimpin tipis dengan perolehan 37,1%. Berturut-turut di bawahnya adalah pasangan Anies-Muhaimin dengan 30% dan Prabowo-Gibran 27,6. Dengan undecided voters sebesar 5,3%, kemungkinan gambaran hasil survei Galidata di Jatim mendekati dinamika saat pemilu akan sangat presisim” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Ray Rangkuti yang hadir sebagai penanggap dalam kegiatan ini melihat mengapa tidak ada pergerakan yang masif dari pasangan Prabowo-Gibran yang berdampak pada naiknya elektabilitas semata-mata alasannya adalah dikarenakan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden yang stagnan bahkan menurun.
Bahkan ia menyinggung soal konten kampanye Capres-Cawapres nomor urut 02 yang dinilainya sudah mulai memudar.
“Stagnasi pasangan Prabowo-Gibran ini bisa juga diakibatkan karena branding goyang gemoy dan susu gratis yang sudah mulai kehilangan popularitasnya,” ujar Ray.
“Di tengah masyarakat yang saat ini terus mendapati informasi-informasi baru, baik itu dari kampanye calon legislator ataupun dari media yang mereka konsumsi, hilangnya keviralan gemoy dan susu gratis bisa jadi karena masyarakat mulai mengerti substansi kampanye yang digencarkan oleh Pasangan Prabowo-Gibran tersebut hanya branding semata,” sambungnya.
Di sisi lain, ada faktor yang membuat Ganjar-Mahfud naik. Yakni kegeraman banyak kalangan akademisi dan mahasiswa yang menentang adanya politik dinasti yang diasosiasikan kepada Joko Widodo karena putranya yakni Gibran Rakabuming Raka ikut menjadi kontestan.
“Intensifnya gerakan mahasiswa seta masyarakat sipil yang menolak politik dinasti, dan bagaimana generasi terkini merespons isu-isu politik dalam bentuk-bentuk kreatif, sepetinya mulai bekerja di masyarakat,” jelasnya.
Sekadar diketahui, bahwa Survei Galidata dilaksanakan pada rentang 24 Desember 2023 s/d. 6 Januari 2024 di seluruh wilayah Indonesia. Penetapan proporsi sampel di masing-masing kabupaten/kota menggunakan proporsi populasi nasional (Purposive Sampling).
Survei ini melibatkan 1.200 responden, dengan sampling error 2,83% dan tingkat kepercayaan 95%. Ada over sampel sebesar @ 800 responden di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dah Jawa Barat. Margin of Error (MoE) di masing-masing provinsi tersebut adalah 3,2%.