TGPF Intan Jaya Maksimal Tuntaskan Kasus Penembakan Papua, Sudah Periksa 42 Saksi

TGPF Intan Jaya dipimpin Benny J Mamoto mengenakan rompi anti peluru usai ditembaki kelompok bersenjata. [foto : Istimewa]

Inisiatifnews.com – Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya Benny Josua Mamoto mengungkapkan sudah ada 42 saksi yang telah diwawancarai terkait kasus penembakan Pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya, Papua.

TGPF Intan Jaya telah meminta keterangan kepada pihak keluarga dan saksi lain terkait peristiwa tersebut.

Bacaan Lainnya

“Setelah kami tim berkumpul, kemudian masing-masing melaporkan siapa saja yang wawancara. Sampai tadi malam 40 saksi. Kemudian ditambah perorangan 2, jadi 42. Terdiri atas istri korban, keluarga, kemudian orang-orang ada di Hitadipa yang ikut menolong sampai pemakaman, mereka yang berkumpul dan bertemu aparat setempat,” ungkap Benny dalam konferensi pers virtual, Sabtu (17/10).

TGPF juga telah meminta keterangan kepada aparat keamanan. Sejauh ini, keterangan dari puluhan saksi dinilai sudah maksimal dan mencukupi.

“Anggota TNI lebih dari 16 yang sudah kami periksa. Kami wawancara, cross-check informasi. Ketika di Sugapa, kita juga bertemu dengan penyidik, bertemu Dirkrimum di sana. Kemudian juga beberapa saksi yang ada di Hitadipa tapi ketika itu ada di Sugapa. Jadi dari sisi jumlah mungkin, dengan waktu yang singkat, kami merasa sudah maksimal,” ungkap Benny.

Informasi yang sudah signifikan, berdasar hasil investigasi TGPF selama 17 hari di Intan Jaya ini lanjut Benny, akan disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD Senin 19 Oktober 2020.

“Adapun hasilnya ini nanti kami akan menyerahkan kepada Bapak Menko hari Senin,” tandasnya.

Diketahui, pembunuhan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani terjadi pada Sabtu (19/9). Menko Polhukam Mahfud MD lantas membentuk TGPF Intan Jaya atas permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merespons surat dari Persekutuan Gereja Injil Indonesia (PGII).

TGPF Intan Jaya terdiri dari berbagai elemen yang sangat solid, seperti perwakilan tokoh masyarakat, perwakilan akademisi, perwakilan gereja, serta perwakilan unsur Kepolisian, TNI, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Tokoh-tokoh yang terlibat antara lain Pendeta Henok Bagau dari Intan Jaya, Jhony Nelson Simanjuntak dari PGI, Taha Alhamid, Makarim Wibisono, Constan Karna, Michael Menufandu, I Dewa Gede Palguna, Samuel Tabuni, Edwin Partogi, dan perwakilan dari Polri, TNI dan BIN. Serta Deputi 3 Kemenko Polhukam Sugeng Purnomo, yang juga Wakil Ketua TGPF Intan Jaya.

Dari unsur kampus, ada rektor Universitas Cendrawasih Apolo Safanpo dan Sosiolog UGM Bambang Purwoko. Dari unsur pemerintah ada Deputi Bidang Polhukam Kantor Staf Presiden, Jaleswari Pramodhawardani dan sejumlah tokoh kredibel lainnya.

TGPF ini juga dibentuk untuk menyelidiki terkait rentetan penembakan yang terjadi di Intan Jaya. TGPF berada di Timika sejak Rabu (7/10). Mereka bergerak ke Sugapa guna mencari fakta-fakta penembakan yang menewaskan 2 anggota TNI, 1 warga sipil, dan 1 pendeta itu.

TGPF sempat dihadang dan ditembaki KKB setelah melakukan olah TKP. Dua orang terkena tembakan, yakni Satgas Apter Hitadipa Sertu Faisal Akbar. Dia mengalami luka tembak di pinggang. Selain itu, dosen UGM yang masuk ke dalam TGPF, Bambang Purwoko, yang mengalami luka tembak di pergelangan kaki kiri dan pergelangan tangan kiri. (INI)

Pos terkait