PBNU Dorong R20 Bahas Persoalan Sosial Politik Basis Keagamaan Tingkat Dunia

Gus Yahya dan Syaikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya bersama dengan Grand Syaikh Al Azhar Syaikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb.

JAKARTA, Inisiatifnews.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengusulkan program Forum Agama G20 atau Religion 20 (R20) yang nantinya akan menjadi pembahasan penting di ajang Presidensi Group 20 (G20).

“R20 menyediakan platform global yang akan menjadi tempat berkumpulnya para pimpinan berbagai agama dan negara untuk menyampaikan keprihatinan mereka serta menyuarakan nilai-nilai peradaban bersama,” sebut Kiai Yahya Cholil dalam rilisnya yang diterima wartawan, Minggu (25/9).

Bacaan Lainnya

Alasan mengapa PBNU mengusulkan R20 di dalam ajang G20 nanti, karena ia ingin agar di era mendatang, agama bisa menjadi bagian penting sebagai sumber solusi bagi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat global.

“Untuk memastikan bahwa pada abad ke 21 ini, agama dapat berfungsi sebagai sumber solusi atas berbagai problem global,” terangnya.

Di dalam R20 nanti, PBNU mengusulkan 4 (empat) pembahasan yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama. Salah satunya adalah bagaimana upaya bersama untuk mencegah agar jangan sampai identitas dijadikan senjata untuk kepentingan manuver politik.

“Mencegah penggunaan identitas sebagai senjata politik,” sebutnya.

Kemudian, pembahasan kedua yang diusulkan PBNU adalah upaya agar semua masyarakat dunia bersama-sama menghentikan segala bentuk ujaran kebencian terhadap etnis dan kelompok tertentu.

“Menghentikan penyebaran kebencian komunal,” sambungnya.

Ketiga, PBNU juga mengusulkan bagaimana agar masyarakat dunia lintas agama, suku, ras, golongan dan lain sebagainya bisa tetap saling hidup rukun dan menjauhkan diri dari sentimen negatif.

“Mendorong solidaritas dan rasa hormat di tengah keberagaman masyarakat. budaya serta bangsa di dunia,” tandasnya.

Dan keempat, kiai Yahya menyampaikan bahwa usulan PBNU adalah bagaimana agar masyarakat dunia bisa menjaga keharmonisan atas dasar hak asasi manusia (HAM).

“Mendorong munculnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, yang didasarkan pada penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat setiap manusia,” paparnya.

Kiai Yahya menerangkan bahwa dari tahun 2022 hingga 2024, Indonesia, India dan Brasil secara bergiliran akan memegang Presidensi G20. Tidak hanya sekedar menjadi rumah bagi populasi Muslim, Hindu dan Katolik terbesar di dunia, negara-negara tersebut pun mewarisi tradisi peradaban yang sangat kaya dan beragam.

“Selain mengalami perkembangan pesar dalam bidang ekonomi, negara-negara ini pun kaya Gus kiai Yahya juga memiliki modal sosial bidaya yang sangat luar biasa, serta mempunyai potensi untuk menjadi soft power agama di panggung dunia,” tandasnya.

Tentunya bersama-sama dengan para pemangku kepentingan dari negara-negara anggota G20 lain yang memiliki pemikiran serupa.

Dan kiai Yahya juga menerangkan, bahwa ide besar R20 ini dimotori oleh sikap Centrist Democratic International (CDI) yang merupakan jaringan politik terbesar di dunia, pada tanggal 29 Oktober 2021 lalu telah mengadopsi resolusi yang menyerukan kepada pemerintah dan lembaga masyarakat sipil untuk bergabung dengan Indonesia dan gerakan humanisme Islam ala Nahdlatul Ulama dalam rangka melestarikan dan memperkuat tatanan internasional yang berbasis pada aturan yang dibangun atas nilai-nilai peradaban bersama.

Buntut dari resolusi tersebut adalah dukungan CDI terhadap upaya Indonesia melalui G20 dan Forum Agama untuk mendorong munculnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, yang didasarkan pada penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat setiap manusia.

Lebih lanjut, kiai Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa Nahdlatu Ulama menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi berbagai kepedihan yang ditimbulkan akibat sejarah yang sudah berlangsung dan mengakar sampai saat ini, maka semua pihak harus turun tangan dan saling berembug untuk mencapai tujuan bersama yang lebih baik.

“Mendorong hidup berdampingan secara damai adalah dengan melibatkan semua pihak serta menolak terlibat dalam sentimen permusuhan dan kebencian yang hanya berdasarkan klaim sebagai korban komunal,” terangnya.

“Inilah misi Forum Agama G20 (R20) saat ini dan tahun-tahun seterusnya,” pungkas kiai Yahya.

Pos terkait