Jokowi : Kita Cari Pemimpin dari Suara Akar Rumput, Bukan Elit

Orasi Jokowi
Presiden Joko Widodo saat berpidato di puncak Musra Indonesia di Istora Senayan, Jakarta Pusat.

JAKARTA, Inisiatifnews.com – Presiden Joko Widodo menyampaikan kepada para relawannya, bahwa tujuan diselenggarakannya Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia adalah untuk menjaring suara rakyat untuk memilih Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden penggantinya nanti.

Karena disebut Musyawarah Rakyat, karena Jokowi ingin agar suara rakyat di akar rumput menjadi prioritas untuk didengar, bukan dari kalangan elite.

Bacaan Lainnya

“Saya tahu saudara-saudara semua ingin menyerap aspirasi rakyat. Siapa sih yang diinginkan rakyat. Jangan sampai keliru,” kata Presiden Jokowi di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (14/5).

Dalam benaknya, Jokowi ingin legacy yang ditinggalkannya nanti bisa diteruskan dan dikembangkan oleh Presiden di periode kepemimpinan nasional selanjutnya. Oleh sebab itu, suara rakyat harus diprioritaskan.

“Dan saya tahu saudara-saudara ingin mencari, ingin menemukan capres dan cawapres yang bener dan tepat. Karena yang kita dengarkan adalah suara rakyat, suara akar rumput, bukan suara elit,” ujarnya.

Kepala Negara tersebut mengatakan kepada para relawannya, agar benar-benar memilih calon pemimpin yang sesuai dan memiliki kompetensi yang sangat baik.

“Rakyat butuh pemimpin yang paham dan ngerti bagaimana memajukan negara ini. Karena pemimpin itu harus paham dan tahu potensi dan kekuatan negara ini, kekuatan bangsa ini apa, dia harus ngerti, dia harus tahu,” terangnya.

Ditambah lagi, era Indonesia Emas karena adanya bonus demografi harus benar-benar bisa dipahami dan disikapi dengan baik oleh Presiden periode selanjutnya. Ketika kepala negara nanti tidak mampu mengatasi potensi besar itu, maka peluang Indonesia menjadi negara maju akan kandas.

Apalagi kesempatan emas tersebut kata Jokowi, akan berlaku sekali saja. Sehingga ia ingin bangsa Indonesia memilih sosok Presiden dan Wakil Presiden yang tepat agar kesempatan emas itu tidak sia-sia.

“Peluang kita menjadi negara maju itu ada dalam 13 tahun ke depan. Ini disampaikan oleh para pakar, dalam negeri maupun luar. Karena bonus demografi kita akan muncul di tahun 30-an,” tegasnya.

Terakhir, Presiden Joko Widodo juga menuturkan bahwa kepala negara setelahnya nanti harus bisa memainkan strategi yang tepat untuk menjaga kedaulatan negara dan menghadapi seluruh tantangan dunia yang ada.

“Dan pemimpin itu harus tahu dan paham bagaimana memajukan negara ini dari sisi mana, dan mampu memanfaatkan potensi yang ada, bukan hanya duduk di istana dan tanda tangan, bukan itu. Dia harus tahu bagaimana membangun sebuah strategi negara, strategi ekonomi, strategi politik. Karena kita berhadapan dengan negara-negara lain, karena kita bersaing dengan negara-negara lain, kita berkompetisi dengan negara-negara lain,” pungkasnya.

Pos terkait