Di Hadapan Majelis Hakim, Habib Bahar bin Smith Menyesal

habib bahar bin smith
Habib Bahar bin Ali bin Smith.

Inisiatifnews – Ketua Majelis Hakim, Edison Muhammad mempertanyakan apakah Habib Bahar bin Smith menyesal telah melakukan penganiayaan terhadap seorang remaja atas nama Cahya Abdul Jabar dan Muhammad Khoerul Aumam Al Mudzaqi alias Zaki.

“Apakah yang dilakukan oleh saudara benar atau tidak perbuatan saudara?,” tanya Edison dalam persidangan yang digelar di PN Bandung, Kamis (23/5/2019).

Bacaan Lainnya

Mendapati pertanyaan itu, Habib Bahar menilai bahwa perbuatannya adalah memang salah di mata hukum.

“Bila hukum positif (perbuatan) tidak benar. Sebagai warga negara Indonesia (perbuatan) saya tidak benar,” jawab Bahar.

Kemudian Edison pun memperjelas lagi sisi kesalahan yang dilakukan oleh Habib Bahar tersebut. Dan kembali Habib Bahar mengakui jika pemukulan dan penganiayaan yang dilakukannya tersebut adalah memang salah di mata hukum.

“Di mana salahnya?,” tanya Edison. “Pemukulan dan penganiayaan,” jawab Bahar.

Terkait dengan pengakuan bahwa dirinya salah karena telah melakukan penganiayaan itu, Edison pun mempertanyakan apakah Habib Bahar bin Smith menyesal dengan perbuatannya itu. Namun Habib Bahar memilih menjawab “Wallahu A’lam”.

“Wallahualam. Kenapa saya jawab itu, karena Allah yang maha tahu. Kalau saya jawab menyesal tapi hati tidak, begitu juga saya jawab tidak menyesal tetapi hati menyesal,” jawab Bahar.

Karena jawaban semacam itu tidak ditafsirkan sebagai jawab oleh pengadilan, Hakim Edison pun meminta agar Bahar mempertegas jawabannya.

“Wallahualam itu bahasa saya juga. Saya tahu artinya. Jangan anggap Islam itu hanya saudara saja, bukan hanya saudara. Saya ingin jawaban yang pasti. Jawab jujur, menyesal atau tidak?,” tanya Edison.

Kemudian Bahar pun akhirnya mempertegas jawabannya bahwa dirinya mengaku menyesali perbuatan kekerasan yang dilakukanya itu.

“Atas penganiayaan dan pemukulan, iya (menyesal),” kata Bahar. “Dari hati atau tidak?,” tanya hakim lagi. “Insya Allah dari hati,” ucapnya.

Kisah penganiayaan versi Bahar bin Smith

Perlu diketahui bahwa Habib Bahar bin Smith melakukan aksi penganiayaan dan memberikan hukuman kepada dua remaja yakni Cahya Abdul Jabar dan Muhammad Khoerul Aumam Al Mudzaqi alias Zaki di kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Tajul Alawiyyin di Bogor, dimana Bahar pun berstatus sebagai pengasuh di sana.

Di hadapan majelis hakim dalam persidangan oleh PN Bandung yang digelar di Gedung Arsip dan Perpustakaan, Jalan Seram, Kota Bandung, Jawa Barat itu, Bahar pun menceritakannya secara utuh bagaimana perlakuannya terhadap dua remaja tersebut.

Dimana saat itu korban atas nama Cahya terlebih dahulu yang datang ke ponpes dan dianiaya oleh Bahar. Kemudian tiba Zaki yang lantas ‘diadu’ untuk bertengkar satu sama lain.

“Mereka saling menyalahkan. Jabar bilang Zaki yang menyuruh, Zaki bilang bersumpah demi Allah. Ya sudah kalau saling salah-salahan berdua saya suruh berantem. Akhirnya mereka berantem di bawah pohon bambu. Setelah mereka berantem, saya melakukan pemukulan juga ke dua-duanya karena mereka enggak mau ngaku,” kata Bahar.

Bahar mengaku perbuatannya ini dipicu oleh ulah kedua korban saat di Bali. Bahar terpancing lantaran keduanya membawa nama istrinya Fadrun dan adiknya Sakinah.

“Saya marah mereka mengaku-ngakui istri saya. Yang mulia, yang mengaku sebagai saya banyak, yang menipu orang banyak. Banyak yang menipu disuruh habib Bahar, bahkan ratusan juta. Tapi yang bikin saya marah adalah ketika dia membawa nama istri saya dan mengakui istri saya agar orang-orang yakin itu saya,” tutur Bahar.

“Yang saya permasalahkan dia bilang Fadrun istri saya, istri dia. Padahal nggak usah lah ngomong gitu. Saya kesal ketika saya tanya dia tidak mengakui. Padahal kalau dia mengakui, dia tidak akan apa-apa,” kata Bahar menambahkan.

Bahar juga menjawab hal sama ketika ditanya jaksa terkait alasannya menganiaya dua korban. Bahar menyebut alasannya lantaran korban membawa-bawa nama istrinya.

“Saya orang yang menghormati perempuan. Bagi yang tidak menghormati, sama juga tidak menghormati ibu. Saya jaga harga diri istri saya yang menjaga keturunan saya sebagai cucu ke-31 dari Nabi Muhammad,” kata Bahar.

[REL]

Pos terkait