PSI : Libatkan Pemuda Dalam Pembangunan Nasional Dan Jaga Pancasila

Dedek Prayudi
Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi saat diskusi di kantor KPP Partai Rakyat Demokratik (PRD) Tebet Dalam, Jakarta Selatan. [foto : Inisiatifnews]

Inisiatifnews – Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi menilai bahwa generasi muda Indonesia sedang jaya-jayanya berkat bonus demografi yang disebutnya hanya akan ada setiap 400 tahun sekali itu.

Namun sayangnya, bonus demografi tersebut belum maksimal diberdayakan untuk menjadikan Indonesia negara maju.

Bacaan Lainnya

“Pemuda bukan hanya terbukti secara historis dan penjaga ideologi pancasila tapi punya peluang besar sebagai penentu arah politik, sosial dan ekonomi bangsa ini. Tapi sekarang belum maksimal,” kata Dedek di Jakarta, Senin (22/7/2019).

Kemudian pria yang karib disapa Uki tersebut menyebutkan, bahwa salah satu tantangan berat bagi bangsa Indonesia saat ini adalah masuknya invasi ideologi trans-nasional yang mencoba ingin menggeser Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Bagi Uki, generasi muda Indonesia sangat memiliki potensi untuk menangkal paham dan ideologi trans-nasional tersebut, hanya saja kuncinya ada di pemerintah saat ini apakah bersedia melibatkan mereka dalam upaya menjaga Pancasila atau tidak.

“Apa yang harus kita lakukan supaya pemuda ini ikut partisipasi menjaga ideologi Pancasila dan pembangunan nasional. Berdayakan mereka agar mereka merasa ikut terlibat dalam agenda pembangunan nasional,” tuturnya.

Selain itu, Uki juga menilai bahwa Pancasila bisa diterapkan di sektor seperti pendidikan. “Pemberdayaan pemuda ada dua sektor ; pertama adalah sektor formal seperti sekolah dan sebagainya,” terangnya.

Namun sektor yang kedua ini yang menurut Uki belum begitu tersentuh dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, yakni sektor informal. Dimana kehidupan sehari-hari anak muda harus disisipi dengan aroma Pancasila sehingga mereka tidak mudah terinvasi dengan pembahasan dan kajian yang menggunakan agama sebagai kedok penyebaran paham trans-nasional tersebut.

“Sektor informal seperti tempat nongkrong dan sebagainya. Nongkrongnya anak-anak muda ini harus diarahkan ke hal positif,” imbuhnya.

“Kita tidak mau nongkrong-nongkrong anak muda kita dimasuki pengajian-pengajian berbau agama untuk memasukkan ideologi-ideologi trans-nasional dan paham asing sehingga menganggap pemerintah dan demokrasi kita toghut,” jelas Uki.

[NOE]

Pos terkait