Oleh : Hisyam Diah / Wasekjend Pengurus Pusat SAPMA Pemuda Pancasila Bidang Pendidikan & Pariwisata

Pandemi COVID-19 Dan Momentum Untuk Evaluasi Diri Dan Membenahi Pariwisata Indonesia

Hisyam Diah
Wasekjend Pengurus Pusat SAPMA Pemuda Pancasila, Hisyam Diah.

Beberapa minggu terakhir ini kita sering sekali mendengar istilah “New Normal”, berbagai kalangan dari pemerintah hingga kelompok-kelompok masyarakat sering sekali menyebut istilah ini baik itu di media massa maupun media sosial.

Bila di artikan secara sederhana, New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktifitas secara normal dan sebenarnya istilah New Normal awalnya di pakai di dalam dunia bisnis dan ekonomi dan tidak ada relevansinya dengan Covid-19 sendiri tapi lebih mengacu ke arah bisnis dan keuangan khususnya Ekonomi pada krisis 2008 dan 2009 di mana ketika itu terjadi resesi antara tahun 2008-2012. Indonesia sendiri memang tidak terlalu terdampak, karena lebih banyak dirasakan oleh negara negara maju.

Bacaan Lainnya

Salah satu bidang yang bisa dibilang sangat terdampak dengan adanya Pandemi Covid-19 ini adalah Pariwisata, walaupun memang Covid-19 baru masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, namun efek Covid-19 ini sudah sangat terasa dari awal tahun 2020 bagi bidang Pariwisata khususnya daerah-daerah yang mengandalkan turis mancanegara seperti Bali. Menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) per April 2020 kerugian Pariwisata di Indonesia sebesar 1,5 Juta USD atau sekitar 21 Triliun Rupiah, belum lagi efek Domino lain yang ditimbulkan seperti banyaknya karyawan yang bergerak di bidang Pariwisata dirumahkan dan bahkan diberhentikan.

Melalui Pandemi Covid-19 ini dengan banyak ditutupnya berbagai macam tempat wisata, saya ingin mengajak insan-insan Pariwisata sekalian untuk menjadikan ini sebagai momentum untuk bersama-sama mengevaluasi diri, menata ulang kembali tempat wisata kita. Ini adalah momentum yang baik untuk menerapkan Pariwisata yang berkelanjutan, Pariwisata berkelanjutan harus dijadikan platform ke depannya dan ini sudah menjadi konsekuensi kita bersama apabila ingin memasuki Pariwisata di Era “New Normal”.

Memang jika kita berbicara tentang Pariwisata pastinya sangat erat hubungannya dengan keramaian dan bersenang-senang, namun hal itu sudah harus kita batasi dalam rangka menyambut Pariwisata di Era “New Normal”.

Memasuki era New Normal, apabila memang Pemerintah ingin kembali membuka destinasi-destinasi Wisata kita, alangkah baiknya wilayah-wilayah destinasi wisata sudah harus dibagi menjadi zona-zona, yaitu Zona Hijau (untuk wilayah yang tren penyebaran COVID-19-nya mengalami penurunan pada Curva), Zona Kuning (untuk wilayah yang penyebaran COVID-19-nya masih stabil Curvanya tapi tidak menunjukkan penambahan kasus yang signifikan), Zona Merah (untuk wilayah yang tren penyebaran COVID-19-nya mengalami penambahan kasus yang sangat signifikan dari hari ke hari). Dan saya melihat ada 3 wilayah yang memang sudah mengalami penurunan tren penyebaran COVID-19 yaitu Bali, Yogyakarta dan Kepulauan Riau.

Namun perlu diperhatikan juga agar tidak langsung dibuka secara masif untuk menghindari terjadinya Imported Case yang akan mengakibatkan Citra Pariwisata Indonesia akan menjadi buruk, dan alangkah lebih baiknya untuk mengutamakan wisatawan domestik terlebih dahulu. Selain itu, sudah saatnya juga pemerintah melalui Kementerian Pariwisata untuk membuat SOP yang jelas dan mensosialikan SOP ini dengan baik kepada masyarakat dengan mengedepankan Uji Coba terlebih dahulu, simulasi dan tentunya pengawasan kesehatan, SOP yang jelas mulai dari Turis tiba di pintu-pintu masuk kedatangan seperti bandara, stasiun kereta api, pelabuhan dan jalur-jalur darat.

Ke depannya juga kita harus menumbuhkan Responsible Tourism baik itu dari sisi penyedia jasa wisata maupun dari sisi pengguna jasa wisata dalam hal ini wisatawan. Wisatawan harus memperhatikan protokol-protokol wisata terutama yang terkait dengan kesehatan dan keamanan.

Dari sisi pengusaha Hotel dan Restoran sudah saatnya juga kita menyediakan SWAB Test atau Rapid Test kepada karyawan karyawan Hotel dan Restoran dalam rangka menciptakan rasa nyaman kepada tamu, dan konsisten melaksanakan protokol-protokol kesehatan dan keselamatan di dalam operasional Hotel dan Restoran, seperti pengecekan suhu tubuh kepada tamu dan tersedianya Hand Sanitizer di berbagai Guest Landing Area.

Di masa New Normal ini juga menurut saya akan menimbulkan trend baru dalam berwisata yaitu Staycation di mana staycation ini adalah berwisata dengan jarak dekat seperti hanya menghabiskan waktu untuk menginap di Hotel yang tidak begitu jauh dari rumah, trend Staycation ini saya prediksi akan menjadi trend baru mengingat hanya dilakukan di jarak dekat dan dengan didukung oleh kemudahan mencari Hotel melalui platform-platform digital. Selain itu, efek dari Staycation ini juga sangat baik untuk menggerakkan roda perekonomian di sekitar hotel-hotel tersebut dan diharapkan dapat menaikkan pendapatan UMKM sekitar karena mulai dibatasinya operasional Restoran di dalam Hotel dalam rangka social distancing. Selain itu wellness tour dan virtual tourism juga akan menjadi opsi baru untuk Pariwisata di Era New Normal ini. Saya bisa ambil contoh kita bisa mencoba menawarkan kunjungan museum secara virtual, dengan kemudahan melihat museum melalui digital ini tentunya akan terjadi pergeseran trend juga di mana sebelumnya mungkin kita agak sedikit malas untuk datang langsung ke museum, namun sekarang hanya melalui layar digital kita sudah bisa melakukan tour museum.

Dengan memasuki era New Normal dalam berwisata ini juga mengajak insan Pariwisata untuk selalu berpikiran maju dengan tidak hanya berdiam diri, saatnya kita membuat branding strategi baru seperti membuat tagline “We are safe, we are Clean dan No Worries about Corona“, mari kita berinovasi dengan membuat branding strategi baru. Selain itu penggunaan media sosial untuk berpromosi harus dimaksimalkan dengan baik dan melakukan storynomic tourism yaitu promosi pariwisata yang berbasis narasi atau cerita yang menarik sehingga dapat menarik minat wisatawan dan menginformasikan destinasi wisata baru.

Sudah saatnya juga kita mulai fokus terhadap pengembangan ekotourism yaitu wisata yang menggabungkan alam dan budaya, mengurangi mass tourism dengan membuat kelompok-kelompok kecil wisata untuk lebih mengenal budaya Indonesia dan alam. Selain itu dari sisi Pemerintah SOP mitigasi Pariwisata juga harus disiapkan, apalagi negara kita adalah negara yang sangat rawan bencana, dan menurut saya COVID-19 sudah bisa kita kategorikan sebagai bencana, dan sudah seharusnya dipersiapkan SOP mitigasi Pariwisata yang jelas dan disosialisasikan kepada masyarakat.

Terakhir sekali lagi, mari kita tetap optimis, dengan tidak hanya berpangku tangan, kita harus percaya bahwa kita semua bisa melewati Pandemi COVID-19 ini, dan tentunya cepat atau lambatnya Pandemi ini akan berakhir, semua tergantung dari kita, mulai dari diri kita sendiri dengan tetap disiplin mengikuti protokol-protokol kesehatan dan keamanan. Semoga Pariwisata Indonesia akan kembali bangkit dan kembali berkontribusi dalam kemajuan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Pos terkait