Covid-19 Bukan Konspirasi, Hendropriyono Minta Bangsa Indonesia Tak Termakan Hoaks

Hendropriyono
Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono usai diskusi dengan Ketua DPR RI Bambang Soesatyo di DPR RI. [foto : Istimewa]

Inisiatifnews.com – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono menyayangkan masih banyak berseliweran berita yang menyatakan bahwa Covid-19 bukanlah virus, melainkan hanya sebuah bakteri. Kabar semacam ini banyak dikonsumsi publik sehingga meremehkan persoalan vaksinasi.

“Tersiar berita bahwa Covid-19 adalah bakteri bukan virus, sehingga banyak kalangan masyarakat yang terpengaruh. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa solusi dengan vaksin adalah bohong. Ini hasil negatif dari teori konspirasi di AS yang mengglobal,” kata Hendropriyono dalam keterangan persnya, Kamis (7/1/2021).

Bacaan Lainnya

Ia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada jurnal apapun yang menyebut bahwa Covid-19 adalah bakteri. Apalagi persoalan Covid-19 bukan hanya ditangani oleh satu atau dua instansi kesehatan saja, bahkan mayoritas lembaga medis di dunia masih menyebut bahwa Covid-19 adalah virus.

Dengan demikian, Hendropriyono menilai bahwa Covid-19 sebagai virus dan bukan bakteri tidak mungkin sebuah hasil rekayasa.

“Di dunia ini, belum pernah ada penemuan besar bahwa Covid-19 merupakan bakteri. Saat ini produsen vaksin tidak hanya berjumlah satu perusahaan saja. Mereka para pabrikan vaksin saling bersaing satu sama lain. Jadi tidak mungkin mereka berkonspirasi,” tuturnya.

Disebutkan Hendropriyono, bahwa ada sekian banyak lembaga ilmiah, seperti RKI (Robert Koch Institute) di Jerman yang integritasnya dan kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.

“Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangkal, bahwa SARS-Cov-2 (Covid-19) adalah virus,” tegasnya.

Disinformasi tentang Covid-19 ini menurut Hendropriyono harus segera diselesaikan. Ia khawatir banyak masyarakat yang terpengeruh dengan informasi hoaks bahwa Covid-19 adalah bakteri, sehingga banyak orang yang merasa pemerintah telah melakukan pembohongan publik terkait persoalan kesehatan dan status pandemi ini.

“Dampaknya, orang-orang bisa bertingkah laku psikopat dengan melakukan kekerasan. Misal, di Jerman ada orang merobek masker orang lain di kereta-api. Di AS, ada seorang apoteker yang belakangan diketahui penganut teori konspirasi telah merusak 500 unit vaksin yang baru saja dikirim kepadanya,” paparnya.

Lebih lanjut, Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara dan Sekolah Tinggi Hukum Militer itu pun mengajak kepada seluruh anak bangsa Indonesia untuk tidak terpengaruh tentang kabar hoaks semacam itu.

“Mohon kaum muda bangsa Indonesia sebagai garda terdepan. Berantaslah hoaks yang sangat berbahaya dan meresahkan bagi masyarakat ini,” tutupnya. []

Pos terkait