Gerakan Suluh Kebangsaan Ajak Bangsa Kembali Ke Fitrah, Bersatu Dalam Keberbedaan

Mahfud MD

Inisiatifnews – Gerakan Suluh Kebangsaan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali ke fitrah setelah proses politik pemilihan umum (Pemilu) 2019 yang melelahkan dan menimbulkan gesekan-gesekan antar anak bangsa.

Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Prof. Mahfud MD mengingatkan, bangsa Indonesia secara fitrah memang berbeda, namun sepakat bersatu untuk membuat wadah berbagai macam perbedaan yang ada.

Bacaan Lainnya

“Kita itu, sesuai makna Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, sebagai bangsa dan negara maka kembali ke asalnya. Yakni kembali ke kesadaran bahwa kita asalnya berbeda tapi memutuskan untuk bersatu. Sehingga kita tidak boleh saling benci dan melakukan diskriminasi,” kata Prof. Mahfud saat Syawalan Gerakan Suluh Kebangsaan bersama Awak Media di Hotel Grand Melia, Ruang Legian 1 Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (19/06/2019).

Hadir dalam Halal bi Halal ini sejumlah tokoh di antaranya Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan Alissa Wahid, mantan Menteri Luar Negeri Alwi Syihab, mantan Menteri Ketenagakerjaan Al Hilal Hamdi, serta tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan lainnya.

Indonesia, kata Mahfud, harus lulus menjalani tahun politik dan berbagai ancaman perpecahan belakangan ini. Idul Fitri, diingatkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini, harus menjadi momentum untuk mengingatkan bangsa ini yang sudah bersepakat untuk bersatu dalam keberagamaan. Bersatu membangun pluralisme dalam satu wadah yang kemudian diberi nama Indonesia.

Pluralisme, ditegaskannya, bukan semua agama sama. Tapi paham bahwa keberbedaan adalah fitrah yang diciptakan Tuhan yang harus diterima dengan baik. “Pluralisme itu asal kejadian Indonesia, di mana kita sadar berbeda tapi bersatu membangun bangsa dan negara bernama Indonesia ini,” ingatnya.

Mahfud memberi contoh, di Inggris, persoalan perbedaan identitas, suku agama ras dan kedaerahan sudah tidak menjadi masalah. Buktinya, seorang Islam bisa menjadi Duta Besar bahka Walikota di London. Asalkan profesional, berlatar belakang apapun saja, memiliki kesempatan yang sama dengan warga negara lainnya.

“Di sini kan ada persoalan latar agama untuk beberapa hal. Meski tidak banyak. Tapi sejak Jaman Bung Karno, kita sudah pernah punya menteri dari China dan Arab. Belakangan ada nama Jonan, Kwiek Kian Gie, Marie Elka, sudah selesai kok sebenarnya kita soal itu. Tapi mulai timbul lagi, nah kita Gerakan Suluh Kebangsaan berusaha menyadarkan itu,” paparnya.

Sementara itu, Alissa Wahid, Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan menyatakan, gerakan ini berusaha menjadi wadah bagi tokoh-tokoh bangsa untuk memberikan guidance moral di tengah kondisi politik yang menghangat 2019.

“Tetapi, pekerjaan kita masih panjang, dinamika politik masih berlangsung. Kami berharap, kami dan media bersama-sama berkontribusi bagi Indonesia. Terimakasih kepada awak media yang terus memberitakan kami memberi suluh kepada bangsa ini,” ungkap Putri Presiden kelima KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini. (FMM)

Temukan kami di Google News.

Pos terkait